
New Delhi, 5 Agustus 2025 — India mencetak sejarah dalam sistem demokrasi dengan meluncurkan pilot e‑voting berbasis blockchain pada pemilihan kotapraja Juni 2025 di negara bagian Bihar. Inovasi ini dinilai mampu meningkatkan inklusivitas dan keamanan proses pemungutan suara di negara demokrasi terbesar di dunia.
🔐 1. Dari Ide ke Praktik: Riset dan Uji Coba
Lebih dari lima tahun terakhir, Komisi Pemilu India (Election Commission of India / ECI) telah menjalin kolaborasi dengan IIT Madras, IIT lainnya, dan lembaga riset seperti C‑DAC, untuk mengembangkan sistem remote voting yang memungkinkan migran, pekerja, dan pemilih yang berpindah domisili tetap dapat memberikan pilihan suara mereka melalui blockchain mint+1.
Pada Mei 2024, mahasiswa IIT Madras menjadi pelopor dengan menyelenggarakan pemilihan berbasis blockchain pada skala kampus—menandai tonggak sejarah teknologi suara digital di India India Today.
📲 2. Implementasi Nyata di Bihar: E‑Voting Melalui Ponsel
Pada 28 Juni 2025, Bihar menjadi negara bagian pertama yang menerapkan mobile e‑voting untuk Pilkokesra (pemilihan nagar panchayat) dengan menggunakan aplikasi E-SECBHR dan sistem blockchain yang mendukung keamanan suara rakyat Wikipedia+1.
Hanya pemilih yang memenuhi syarat—seperti ibu hamil, penyandang disabilitas, lansia, dan migran—dapat menggunakan layanan ini. Dalam pilot ini, 70% pemilih memanfaatkan e‑voting, dibandingkan dengan hanya 54,6% yang datang ke TPS fisik Wikipedia+1.
🛡️ 3. Arsitektur Teknologi: Blockchain & Verifikasi Biometrik
Sistem ini memadukan beberapa teknologi kunci:
- Blockchain (Polygon) sebagai penjamin integritas suara — setiap suara dicatat secara tidak dapat diubah dan terdistribusi dalam sistem terdesentralisasi Business TodayCCN.com.
- Verifikasi wajah dan biometrik seperti pengenalan wajah, Aadhaar, dan OCR untuk memastikan identitas pemilih secara kuat dan menghindari duplikasi suara CCN.comBusiness TodayWikipedia.
- Jejak audit elektronik serupa VVPAT pada EVM, memungkinkan pelacakan dan verifikasi penuh atas setiap suara yang masuk Wikipedia+1.
🧠 4. Tujuan & Manfaat: Mengatasi Masalah Pemilih Pindah
Salah satu isu utama yang ingin diatasi adalah fenomena Lost Votes—pemilih yang tidak bisa memilih karena pindah domisili tanpa memperbaharui registrasi. Model ini memungkinkan mereka untuk memberikan suara dari lokasi apa pun, meningkatkan akses demokrasi yang adil dan merata bagi hampir 1 miliar pemilih Ledger Insights.
⚠️ 5. Tantangan & Kewaspadaan Ilmiah
Meskipun menjanjikan, penerapan e‑voting berbasis blockchain menghadapi beberapa tantangan:
- Skalabilitas dan kendala teknis: Distribusi jaringan, algoritma konsensus, dan konsumsi sumber daya menjadi kendala utama untuk adopsi skala nasional mdpi.com+6link.springer.com+6CCN.com+6.
- Privasi dan keamanan identitas: Data biometrik harus diproses dengan sangat berhati-hati agar tidak disalahgunakan, terutama terkait integrasi Aadhaar India Todayijfmr.com.
- Kepatuhan regulasi dan kepercayaan publik: Memerlukan dialog dengan partai politik dan pemangku kepentingan untuk meyakinkan bahwa sistem ini aman dan kredibel mintindianexpress.com.
✅ 6. Outlook Lebih Lanjut dan Skalabilitas Nasional
Pendekatan ini dipandang sebagai model percontohan sebelum adopsi skala besar pada Pemilu Lok Sabha berikutnya. Komisi Pemilu menyatakan optimisme bahwa sistem ini bisa diterapkan pada pemilu nasional dalam beberapa tahun mendatang, dengan kemungkinan dibuka dalam pengaturan remote voting terkontrol, bukan voting dari rumah sembarangan mintLedger Insights.
Riset akademis dan studi kebijakan juga terus mendorong sistem blockchain untuk meningkatkan transparansi, keamanan, dan partisipasi pemilih—namun masih mengingatkan bahwa banyak aspek teknis dan sosial yang harus diurai lebih lanjut ijfmr.comlink.springer.com.
🎯 Kesimpulan
India kini tengah memimpin inovasi dalam demokrasi digital dengan memperkenalkan eboting berbasis blockchain di Bihar. Meskipun masih dalam fase pilot terbatas, inisiatif ini membuka jalan baru bagi pemungutan suara yang inklusif, aman, dan lebih terpercaya. Jika berhasil dan diperluas, ia bisa menjadi blueprint global untuk revolusi teknologi demokrasi di masa depan.