“Viral! Kakek 82 Tahun di Yogyakarta Lulus S2 dan Raih IPK 3,9, Dapat Standing Ovation saat Wisuda”

12 Juli 2025

Yogyakarta — Momen haru dan penuh inspirasi terjadi dalam acara wisuda pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) hari Jumat (11/7), ketika seorang kakek berusia 82 tahun, Sutomo Rahardjo, lulus dari program Magister Pendidikan dengan IPK 3,90. Ia mendapat standing ovation dari seluruh hadirin di auditorium kampus.

Video ketika Sutomo berjalan perlahan ke podium dengan tongkat sambil mengenakan toga, kemudian memeluk cucunya yang juga lulusan UNY, viral di berbagai media sosial dan telah ditonton lebih dari 12 juta kali di TikTok dan Instagram.


Perjalanan Pendidikan yang Panjang

Sutomo merupakan pensiunan guru SMP yang memutuskan melanjutkan kuliah S2 di usia 78 tahun. Ia mengaku merasa “masih haus ilmu” dan ingin membuktikan bahwa belajar tak mengenal usia.

“Saya hanya ingin memberikan contoh ke anak-cucu saya bahwa belajar itu sepanjang hayat,” ujar Sutomo dengan suara bergetar.

Topik tesisnya membahas “Transformasi Nilai Pendidikan Karakter pada Era Digital di Kalangan Lansia”, yang dipuji sebagai kajian unik dan relevan.


Tantangan dan Tekad Kuat

Meski sering mengalami gangguan kesehatan dan kesulitan mobilitas, Sutomo tetap mengikuti semua kelas secara tatap muka dan daring. Ia bahkan rajin berdiskusi melalui forum kampus dan aktif menulis artikel ilmiah.

Dosen pembimbingnya, Dr. Widyastuti, mengatakan:

“Pak Sutomo tidak hanya pintar, tapi juga inspiratif bagi semua generasi. Ketekunannya luar biasa.”


Apresiasi dari Publik dan Pemerintah

Tagar #LulusUsia82, #KakekWisuda, dan #BelajarSepanjangHidup masuk trending topik nasional. Banyak tokoh publik dan artis seperti Najwa Shihab, Deddy Corbuzier, serta Menteri Pendidikan RI, turut memberi ucapan selamat lewat media sosial.

Pemerintah Kota Yogyakarta akan memberikan penghargaan “Warga Teladan Inspiratif 2025” kepada Sutomo atas semangat dan kontribusinya pada dunia pendidikan.


Kesimpulan

Kisah Sutomo Rahardjo adalah simbol nyata bahwa pendidikan tidak mengenal usia maupun batas fisik. Dengan tekad dan semangat belajar yang tak padam, ia menunjukkan bahwa ilmu adalah warisan terbaik yang bisa ditinggalkan, dan motivasi terbaik yang bisa ditularkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *